Sombong Pengaruhnya dalam Kehidupan
Sombong atau yang sering kita kenal dengan istilah kibr, takabur dan
istikbar, ketiganya hampir semakna, merupakan suatu kondisi seseorang
di mana ia merasa lain dari yang lain (dengan keadaan tersebut) sebagai
pengaruh i’jab (kebanggaan) terhadap diri sendiri, yaitu dengan adanya
anggapan atau perasaan, bahwa dirinya lebih tinggi dan besar daripada
selainnya.
Maka tidak akan berlaku sombong, kecuali orang yang
merasa dirinya besar dan tinggi, dan ia tidak merasa tinggi atau besar,
kecuali karena adanya keyakinan, bahwa dirinya memiliki keunggulan,
kelebihan dan kesempur-naan yang dengannya ia menganggap berbeda dengan
orang lain.
Ada beberapa sebab yang mendorong seseorang
menganggap dirinya lebih unggul daripada orang lain, sehingga
melahirkan kesombongan dalam jiwa, yaitu:
1. Sombong dengan Ilmu
Ada
sebagian thalib ilmu atau orang yang diberi pengetahuan oleh Allah,
namun malah justru menjadikan dirinya sombong. Ia merasakan dirinyalah
yang paling pandai (alim), menganggap rendah orang lain, menganggap
bodoh mereka dan selalu ingin agar dirinya mendapatkan penghormatan,
pelayanan dan fasilitas khusus dari mereka. Dia memandang, bahwa
dirinya lebih mulia, tinggi dan utama di sisi Allah daripada mereka.
Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang menjadi sombong dengan ilmunya:
Pertama,
Ia mencurahkan perhatian terhadap apa yang ia anggap sebagai ilmu,
padahal hakikatnya ia bukanlah ilmu. Ia tak lebih sebagai data atau
informasi yang direkam dalam otak yang tidak memberikan buah dan hasil,
karena ilmu yang sesungguhnya akan semakin membuat ia kenal siapa
dirinya dan siapa Rabbnya. Ilmu yang hakiki akan melahirkan sikap
khosyah (takut kepada Allah) dan tawadhu’ (rendah hati), bukan sombong,
sebagai-mana firman Allah Subhannahu wa Ta’ala ,
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Faathir : 28)
Ke dua,
Al-khoudl fil ilm yaitu belajar dengan tujuan agar dapat berbicara
banyak, berdebat dan menjatuhkan orang dengan kepiawaian yang
dimilikinya, sehingga orang menilainya sebagai orang alim yang tak
terkalahkan ilmu-nya. Selayaknya ia lebih dahulu memperbaiki hati dan
jiwanya, membersihkan dan menatanya, sehingga tujuan dalam mencari ilmu
menjadi benar dan lurus. Karena merupakan karakteristik khas dari ilmu,
bahwasanya ia menjadikan pemiliknya bertambah takut kepada Allah dan
tawadhu’ terhadap sesama manusia. Ibarat pohon tatkala banyak buahnya,
maka ia semakin merunduk dan merendah, sehingga orang akan dengan lebih
mudah mendapatkan kebaikan dan manfaat darinya.
Orang, apabila
telah hobi mengumbar omongan, bantah-bantahan dan debat kusir, maka
ilmunya justru akan melemparkannya kepada kedudukan yang rendah dan
pengetahuan yang dimilikinya tidak akan membuahkan hasil yang baik,
sehingga keberkahan ilmu tidak tampak sama sekali.
2. Sombong dengan Amal Ibadah
Kesombongan
ahli ibadah dari segi keduniaan adalah ia menghendaki,atau paling tidak
membuat kesan, agar orang lain menganggapnya sebagai orang yang zuhud,
wara’, taqwa dan paling mulia di hadapan manusia. Sedangkan dari segi
agama adalah ia memandang, bahwa orang lain akan masuk neraka, sedang
dia selamat darinya.
Sebagian ahli ibadah apabila ada orang lain
yang membuatnya jengkel atau merendahkannya, maka terkadang
mengeluarkan ucapan, “Allah tidak akan mengampunimu atau, “Kamu pasti
masuk neraka” dan yang sejenisnya. Padahal ucapan-ucapan tersebut
dimurkai Allah, yang justru dapat menjerumuskannya ke dalam neraka.
3. Sombong dengan Keturunan (Nasab)
Barangsiapa yang mendapati kesombongan dalam hati karena nasabnya, maka hendaknya ia segera mengobati hatinya itu.
Jika seseorang akan mencari nasabnya, maka perhatikan firman Allah berikut ini,
“Yang
membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).” (QS. 32:7-8)
Inilah
nasab manusia yang sebe-narnya, kakeknya yang terjauh adalah tanah, dan
nasabnya yang terdekat adalah nuthfah alias air mani. Jika demikian
keadaannya, maka tak selayaknya seseorang sombong dan merasa tinggi
dengan nasabnya.
4. Sombong dengan Kecantikan/Ketampanan
Kesombongan
seperti ini banyak terjadi di kalangan para wanita, yaitu dengan
menyebut-nyebut kekurangan orang lain, menggunjing dan membicarakan aib
sesama.
Seharusnya orang yang sombong dengan kecantikannya ini
banyak menengok ke dalam hatinya. Untuk apa anggota tubuh yang indah,
namun hati dan perangai buruk, padahal tubuh secantik apa pun pasti
akan binasa, hancur dan hilang tak tersisa.
Belum lagi kalau
orang mau merenungi, bahwa selagi masih hidup, maka mungkin saja Allah
berkehendak untuk mengubah kecantikan atau ketampanannya, misalnya
dengan mengalami kecelakaan, sakit kulit, kebakaran dan lain
sebagainya, yang dapat menjadikan rupa yang cantik menjadi buruk. Maka
dengan kesadaran seperti ini, insya Allah rasa sombong yang ada dalam
hati akan terkikis dan bahkan tercabut hingga ke akar-akarnya.
5. Sombong dengan Harta
Yaitu
dengan memandang rendah orang fakir dan bersikap congkak terhadap
mereka. Ini disebabkan harta yang dimilikinya, perusahaan-perusahaan
yang banyak, tanah dan bangunan, kendaraan mewah, perhiasan dan lain
sebagainya. Kesombongan karena harta termasuk kesombongan karena faktor
luar, dalam arti bukan merupa-kan potensi pribadi orang yang
bersang-kutan. Berbeda dengan ilmu, amal, kecantikan atau nasab,
sehingga apabila harta itu hilang, maka ia akan menjadi hina
sehina-hinanya.
6. Sombong dengan Kekuatan dan Kegagahan
Orang
yang mendapatkan karunia seperti ini hendaknya menyadari, bahwa
kekuatan adalah milik Allah seluruhnya. Hendaknya selalu ingat, bahwa
dengan sedikit sakit saja akan membuat badan tidak enak, istirahat
tidak tenang. Kalau Allah menghendaki, seekor nyamuk pun dapat membuat
seseorang sakit dan bahkan hingga menemui ajalnya.
Orang yang
mau memikirkan ini semua, yaitu sakit dan kematian yang bisa datang
kapan saja dan kepada siapa saja, maka sudah sepantasanya tidak angkuh
dan takabur dengan kekuatan dan kesehatan badannya.
7. Sombong dengan Banyaknya Keluarga, Kerabat atau Pengikut.
Kesombongan
jenis ini juga merupakan kesombongan yang disebabkan faktor luar, bukan
karena kelebihan yang dimiliki oleh yang bersangkutan. Dan setiap orang
yang sombong karena sesuatu yang bukan dari kelebihan dan keunggulan
dirinya sendiri, maka dia adalah sebodoh-bodoh manusia. Bagai-mana
mungkin ia sombong dengan sesuatu yang bukan merupakan kelebih-an
dirinya?
PENGARUH KESOMBONGAN
Kesombongan memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan, dan pengaruh-pengaruh
tersebut tampak dalam gerak-gerik anggota badan, cara berjalan,
berdiri, duduk, berbicara dan diamnya seseorang.
Di antara pengaruh-pengaruh yang tampak dari sikap kesombongan adalah:
*
Orang yang sombong kalau toh mau berjalan bersama-sama orang lain, maka
ia selalu minta paling depan dan semua orang harus ada di belakangnya.
Konon Abdur Rahman bin Aufz, kalau sedang berjalan bersama para
pembantunya, maka tidak ketahuan ada disebe-lah mana, ia tidak pernah
menonjolkan diri harus berada paling depan supaya semua orang
melihatnya.
* Orang sombong jika berada di suatu majlis,
biasanya minta diistimewakan, diperlakukan lain daripada yang lain.
Kemudian ia akan sangat senang kalau semua orang mendengarkan yang ia
katakan dan sangat benci kalau ada orang lain mengalihkan pembicaraan
kepada selainnya. Maunya semua orang harus membenarkan dan menerima apa
yang ia katakan.
* Termasuk pengaruh sifat sombong adalah
memalingkan muka dari sesama muslim, atau melihat dengan pandangan
sinis dan merendahkan.
* Kesombongan juga berpengaruh bagi
seseorang dalam ucapan, gaya bicara dan nada intonasinya. Bahkan
terkadang mencerminkan ketidaksopanan, misalnya seorang murid atau
mahasiswa menghardik gurunya, karena ia merasa anak seorang pejabat
atau tokoh.
* Kesombongan juga akan mempe-ngaruhi gaya jalan
seseorang, misalnya sambil membusungkan dadanya, atau berjalan dengan
dibuat-buat agar menarik perhatian orang lain. Allah Subhannahu wa
Ta’ala telah berfirman,
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat
menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”
(QS. 17:37)
* Kesombongan juga berpengaruh di dalam kehidupan
rumah tangga. Biasanya orang yang dalam hatinya ada kesombongan akan
enggan mengerjakan pekerjaan rumah, walau hanya sepele. Hal ini berbeda
dengan sikap tawadhu’ yang diajarkan oleh Rasulullah Salallahu alaihi
wa salam. Aisyah radiallahuanha meriwayatkan, bahwa Rasul Allah
Subhannahu wa Ta’ala biasa membantu istri beliau.
* Merupakan
pengaruh kesombongan juga, bahwasanya ia membuat seseorang enggan
membawakan barang atau sesuatu ke rumahnya, meskipun bukan hal yang
berat, misalnya saja barang belanjaan. Alizberkata, “Seseorang tidak
akan berkurang kesempurnaannya dengan membawakan sesuatu untuk
keluarganya.”
* Kesombongan juga mempengaruhi gaya berpakaian
seseorang, yaitu ia berpakaian dengan tujuan pamer dan supaya terkenal,
atau dengan pakaian yang melanggar ketentuan syar’i, seperti isbal
(memanjangkan celana di bawah mata kaki) bagi laki-laki.
* Orang
yang sombong biasanya sangat senang apabila ia datang, lalu orang-orang
berdiri untuk menghormat-nya. Padahal para shahabat apabila datang
Rasulullahsaw kepada mereka, maka mereka tidak berdiri untuk beliau,
hal ini dikarenakan mereka tahu, bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Salam membenci hal itu.
* Orang yang dalam hatinya ada
kesombongan tidak akan mau mengunjungi orang lain, tidak mau
mengucapkan salam lebih dahulu, minta supaya diprioritaskan dan tidak
mau mendahulukan kepentingan orang lain.
* Kesombongan juga akan
mengakibatkan seseorang tidak memandang adanya hak orang lain pada
dirinya. Sementara itu ia beranggapan, bahwa ia memiliki hak yang
banyak atas selainnya.
Al-Sofwah.or.id, Diringkas dari : Kutaib, “Al-Kibr”, Zahir bin Muhammad Asy-Syahri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
isi Coment nya ya di sini